Kisah Tentara India Membelot dari Sekutu Inggris di Surabaya

lensanaga.id-Tokoh-Tanggal 10 November adalah tanggal yang keramat diindonesia

hari ini diperingati sebagai hari pahlawan nasional
dimana para arek arek surabaya seluruhnya bersatu mengusir sekutu yang dinoncengi tentara belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia..
perintah dari K.H Hasyim Asyari ketua Nahdlatul ulama organisasi Islam terbesar diindonesia yang mewajibkan membela tanah air sebagian dari iman adalah pemicu terbesar..

Pejuang Indonesia bingung mendengar teriakkan takbir dari pasukan Inggris ketika sedang bertempur di Surabaya.

Seruan Membelot ke Indonesia
Tentara India yang membelot ke Indonesia dalam Pertempuran Surabaya.

DALAM pertempuran Surabaya, pekik takbir terdengar di dua kubu. .

“Terdapat pasukan Inggris yang selalu meneriakkan Allah Akbar ketika sedang bertempur. Tetapi kita tidak pernah tahu apakah mereka itu Muslim atau bukan,”

Sukarno memerintahkan Des Alwi untuk menjelaskan kepada rakyat Surabaya bahwa Inggris membawa orang-orang Islam dari India bagian timur. “Sebagai sesama Muslim kita semua bersaudara, tidak boleh saling bunuh-membunuh dan diadu domba oleh kekuatan kolonial,” Sukarno mengingatkan. “Usahakan, ajak mereka bergabung dan membantu perjuangan kemerdekaan kita.”

Dengan ucapannya, Sukarno mengirimkan dua pesan sekaligus: memanfaatkan sentimen agama dan perjuangan melawan kolonialisme. Maka, berbagai cara dilakukan untuk membujuk tentara India, baik Muslim maupun bukan.

Di Bandung, pesan disampaikan dengan cara ditempelkan dan dililitkan pada batu kemudian dilemparkan ke arah Bandung bagian utara, tempat pasukan Inggris berada. Pesan itu berbunyi: “Penakluk Jerman dan Jepang dll pulanglah dan jangan berjuang untuk Belanda.”

Propaganda juga disiarkan melalui radio di Bandung Selatan. “Kapten Rashid”, diyakini Inggris sebagai pembelot India Muslim, mengudara setiap malam dalam bahasa Inggris dan Hindustani.

“Siaran-siaran penerangan kita melalui studio RRI Bandung ditujukan kepada serdadu-serdadu Gurkha, Sikh, dan Muslim dengan bahasa Urdu dan Hindi pada 23 November 1945 menghasilkan 19 orang serdadu India ‘menyeberang’ ke pihak kita, lengkap dengan persenjataannya dan dua buah truk,” demikian dimuat Siliwangi dari Masa ke Masa.

Di Surakarta, dua tentara India yang membelot menyerukan rekan-rekannya dalam bahasa Urdu melalui corong radio agar meninggalkan tentara Inggris. Pembelot itu, tulis Soeloeh Merdeka, 21 November 1945, juga mengingatkan bahwa perjuangan Indonesia sejalan dengan perjuangan India.

Menurut McMillan, 60 persen pembelot adalah tentara India Muslim. Di Jawa, di mana sebagian besar desersi terjadi, pembelot Muslim dua kali lebih banyak dari pembelot Hindu.

P.R.S. Mani, perwira penerangan tentara Inggris, mencatat sekitar 600 tentara Muslim India membelot karena dibujuk. “Pihak Inggris juga mengakui bahwa beberapa di antaranya karena tidak suka memerangi bangsa Indonesia,” tulis Mani dalam Jejak Revolusi 1945.

Kebanyakan desersi terjadi pada malam hari dengan cara meninggalkan barak, kendati ada juga yang dilakukan ketika sedang operasi militer. Laporan Divisi India Ke-26 di Sumatra menunjukkan pembelotan meningkat tajam selama bulan Ramadan pada Agustus 1946.

Beberapa unit memiliki tingkat desersi lebih buruk daripada yang lain. Dua batalion yang sama, yaitu 8/8 Punjab di Sumatra dan 6/8 Punjab di Jawa, kehilangan banyak pasukan yang semuanya Muslim. Mereka membawa senjata dan amunisi 50-90 butir, pistol dan granat. Desersi terus terjadi bahkan ketika Inggris akan meninggalkan Indonesia pada November 1946.

.Berikut ini, 6 fakta sejarah seputar Perang Surabaya yang terjadi di pekan pertama dan kedua November 1945 yang dilansir dari berbagai sumber:

1. Hasrat Belanda di Balik Kemenangan Sekutu di Perang Dunia II

Truk tentara sekutu melintasi dinding-dinding bertuliskan semboyan perjuangan Indonesia, diduga di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Bung Tomo yang berkunjung ke Jakarta setelah pertempuran Surabaya melihat deretan truk yang membawa beratus-ratus orang preman dan serdadu Serikat, bersorak-sorak seolah mereka itu telah bertempur mati-matian dan berhasil memasuki serta merebut Kota Jakarta. Sasaran serdadu NICA dan Batalyon X yang terkenal ganas itu bukan cuma Pemuda Pelopor, tetapi juga rakyat biasa dan para abang Betawi. Makanan dan uang yang dibawa rakyat dirampasnya, kenang wartawan Merdeka Rosihan Anwar. Fotografer Antara, Abdoel Kadir Said, pernah tertangkap mengenakan lencana Merah Putih. Ia dipaksa menelan benda dari seng itu. (IPPHOS)

Kemenangan pihak Sekutu pada Perang Dunia II membawa dampak negatif bagi Indonesia. Belanda yang ketika itu tergabung dalam pasukan Sekutu menginginkan bekas jajahannya kembali.

Tentara Sekutu yang diboncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration) mulai diberangkatkan menuju ke Indonesia. Mereka diturunkan di tempat-tempat strategis di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan untuk memulai langkahnya.

Selain kembali berkuasa, pihak Sekutu dan Belanda mempunyai tujuan lain, yaitu untuk melucuti persenjataan Jepang. Mereka mengambil alih kendali dan menghukum tentara Jepang yang tersisa.

Dengan membonceng tentara Inggris yang melucuti tentara Jepang, Belanda kembali menginjakkan kaki di Indonesia.

Rasa nasionalisme rakyat Indonesia yang menolak kehadiran Sekutu mulai diperlihatkan. Mereka berkumpul untuk merapatkan barisan dan menunjukkan sikap untuk berjuang sampai titik darah penghabisan.

2. Dipicu Tewasnya Pimpinan Tentara Inggris, Brigjen Mallaby
AWS Mallaby

Tentara Sekutu sampai ke Surabaya pada Oktober 1945. Mereka mulai melakukan aksi seremonial berjalan ke berbagai sudut kota untuk melihat situasi dan kondisi.

Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby, seorang perwira Inggris, memimpin sejumlah inspeksi dan persiapan menjelang pelucutan senjata tentara Jepang.

Mallaby juga berupaya meredam amarah penduduk Surabaya. Konsolidasi dilakukan agar pelaksanaan cepat selesai.

Namun, semangat penduduk Surabaya adalah mempertahankan kemerdekaan. Mereka tak mempedulikan janji pihak Sekutu, namun hanya fokus pada upaya mempertahankan kemerdekaan.

Pada 30 Oktober 1945, perwira Kerajaan Inggris itu tewas. Mobil yang ditumpanginya hangus terbakar akibat perlawanan rakyat Surabaya.

Kejadian bermula karena perlawanan rakyat Surabaya yang menginginkan Gedung Internatio terbebas dari militer Inggris. Tewasnya Mallaby memicu perang di Surabaya

Buku Indonesia dalam Arus Sejarah edisi 6 (2012) hanya menjelaskan bagaimana Mallaby terbunuh ketika ada aksi tembak-menembak terhadap penduduk Surabaya.

Dalam Foto Surabaya, November 1945.Pasukan anti-udara Tentara Keamanan Rakyat bersiaga dalam pertempuran melawan tentara Inggris. (60 Tahun Indonesia Merdeka)

Sumber lain menyebutkan bahwa Jenderal AWS Mallaby terkena granat dari anak buahnya yang berusaha melindungi. Namun, granat itu meleset dan terkena mobilnya, hingga kemudian terbakar.

Sementara itu, secara terpisah sejarawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Rojil Nugroho Bayu Aji menambahkan dan memperjelas peristiwa tersebut.

“Ini tak ada kesimpulan siapa yang menembak atau yang menggranat. Orang Inggris sendiri mengkritisi laporan bahwa orang Surabaya bengis dalam peristiwa itu,” ujar Rojil.

3. Rakyat Surabaya Diultimatum Harus Menyerah dan Serahkan Senjata
Pemberontakan di Surabaya sebagai reaksi ultimatum brigjen Malaby dari tentara Inggris, 10 November 1945 (Dok. Kompas)

Masih menjadi misteri memang siapakah yang memunuh Mallaby. Namun, setelah peristiwa itu pihak Inggris mengultimatum rakyat Surabaya untuk menyerahkan berbagai senjata sebelum pukul 06.00 pagi pada 10 November 1945.

Sekutu menuntut agar semua senjata yang dipegang warga Surabaya diserahkan kepada tentara Sekutu sebelum pukul 06.00 pagi pada hari berikutnya.

Baca: 9 November 1945, Ultimatum Sekutu Picu Pertempuran Dahsyat di Surabaya

Selain memberikan senjata, pihak Indonesia harus mengangkat kedua belah tangan ke atas kepala untuk menandatangani pengakuan menyerah kepada Sekutu.

Ultimatum itu tak diperhatikan. Rakyat Surabaya melawan, hingga terjadilah pertempuran dahsyat. Sampai sekarang, pertempuran yang itu dikenal dengan Peristiwa 10 November dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.

4. Menolak, Surabaya Dibombardir dari Segala Arah
Ultimatum Sekutu ditolak tegas oleh warga Surabaya. Mereka menolak menyerahkan senjata, apalagi harus mengangkat tangan seperti isi ultimatum.

Akibatnya, pecah pertempuran dahsyat keesokan hari, yaitu 10 November 1945.

Dilansir dari Harian Kompas edisi 11 November 1990, sejak pukul 06.00 WIB pasukan Inggris mulai melancarkan serangan. Kapal perang mulai menembakkan meriam melalui jalur laut, sedangkan pesawat Thunderbolt menjatuhkan bomnya.

Setelah itu perang makin dahsyat. Tentara RI dan rakyat harus menghadapi serangan dari laut, udara dan darat sekaligus.

Buku The Birth of Indonesia (1948) karya David Wehl menjelaskan bahwa di pusat Kota Surabaya pertempuran berlangsung lebih dahsyat. Jenazah manusia, kuda, kucing, dan anjing tergeletak di selokan.

Pecahan kaca, perabotan, kawat telepon yang berseliweran memenuhi jalan hingga gelap gulita. Kantor-kantor ruangan kosong karena pertempuran.

Warga Surabaya, atas nama kedaulatan Indonesia, menunjukkan semangat pertempuran yang menggelora dan tak takut menghadapi tank-tank Inggris dan persenjataan canggih lain.

Jembatan Merah Surabaya, salah satu saksi bisu pertempuran dahsyat Perang Surabaya. Pengarang lagu Gesang mengabadikannya dalam lagu ‘Jembatan Merah’ yang heroik. (Istimewa)

Persenjataan infantri Inggris berupa senapan mesin, mortir, satu eskadron tank Stuart, 21 tank Sherman dan Bren Carrier.

Artileri Sekutu juga dilengkapi meriam 25 pound dan Howitser 3,7. Kemudian, juga ada meriam kapal Cruiser Sussex dan 4 Destroyer. RAF menyediakan 12 Musqoito dan Thunderbolt dengan bom-bom seberat 500 pounds.

5. Pidato Heroik Bung Tomo
Bung Tomo (Warta Kota)

Bung Tomo ambil bagian. Dia memberikan semangat kepada warga Surabaya untuk terus berjuang sampai titik darah penghabisan demi kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.

Bung Tomo menjadi satu diantara pemimpin pertempuran 10 November 1945 yang membangkitkan semangat rakyat Surabaya.

Peran Bung Tomo dikenang karena dirinya kerap memberikan seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran radionnya yang penuh dengan emosi.

Dengan berbagai seruannya yang membangkitkan emosi tersebut membuat rakyat bergerak dan membangkitkan semangat untuk membela Indonesia.

6. Kerugian, Ribuan Nyawa Melayang
Pertempuran yang ganas itu berlangsung lebih dari tiga minggu. Kerugian jiwa di pihak Indonesia terbilang banyak dan mencapai ribuan jiwa. Penduduk yang tak ikut peperangan harus mengungsi meninggalkan Kota Surabaya yang ketika itu hancur.

Pihak Inggris pun kehilangan 2 jenderal dan lebih dari 414 perwiranya tewas.

Untuk mengenang peristiwa ini, 10 November diangkat sebagai Hari Pahlawan. Sebab, pertempuran itu dianggap sebagai sumber inspirasi kepahlawanan bangsa dalam perjuangan pasca-kemerdekaan.

Pertempuran ini merupakan perjuangan seluruh lapisan masyarakat tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri

jendral sudirman berhasil memotong bala bantuan makanan untuk sekutu
sekutu sudah pasti kalah
tapi apa daya perintah dari presiden sukarno memaksanya membuka blokade bantuan untuk sekutu
sekutu yang mendapat bantuan akhirnya menakhlukan surabaya dengan kurugian sangat besar..

#LensaSejarah

Loading

Redaksi
Author: Redaksi

Related posts

Leave a Comment